dagang

Cerpen Sosial Recehan Berserakan.

Keadaanlah yang membuat ia memunguti recehan berserakan di tempat sampah, depan rumah bahkan di got sekalipun. Menghindari rasa jijik dan bau tak sedap adalah kebisaan yang sudah dilakukan bertahun-tahun. Dengan telaten memilah-milah recehan berserakan itu. Bekas yang sudah tak terpakai dilempar begutu saja. Tanpa dosa orang-orang membuangnya sembarangan. Dari pagi saat matahari terbit sampai sore hari saat matahari tenggelam, ia khusuk memungti recehan. Mulai dari kampung ke kampung tidak jarang juga ke kota Kabupaten.
Kumpulan cerpen sosial


        Hari ini hari jumat ia berpesan kepada Anita, setelah pulang sekolah Anita.   
"Sudah magrib Ayah, ayo pulang," tangan mungil Anita, menarik tangan Ayahnya yang besar dan kasar.

"Sebentatar ya, Ayah naikan dulu karung recehan-recehan ini ke grobak."

"Kenapa kamu gak ganti baju, besok kan masih pakai sragam paramuka ini, An."

"Bajuku udah pada robek, Yah."

"Besok Ayah belikan. Mudah-mudahan besuk recehan ini bisa untuk beli baju kamu, An." dengan senyum manis Narto, mengelus kepala anita.

"Gak usah beli baju, Yah. SPP Anita masih kurang, senin depan Ujian Akhir Sekolah. Kalo SPPnya gak lunas Anita gak dapat kartu, untuk ikut UAS."

Mata Narto melehkan airmata. Di belakang, Anita kecil sesenggukan mengamini doa Ayahnya, walupun ia tidak tahu apa yang diinginkan oleh Ayahnya. Ia percaya bahwa Ayahnya meminta kebaikan kepada Tuhannya.

Baca juga:

Kunjungi juga Channel YouTube Admin, Muha Moch jangan lupa SUBSCRIB ya.

Terimakasih, semoga bermanfaat.

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Cerpen Sosial Recehan Berserakan."

Post a Comment